Rabu, 14 November 2018

Sistem Pengendalian Manajemen. Bab 6


RANGKUMAN
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
BAB 6
HARGA TRANSFER
1.      Harga tranfer adalah suatu nilai yang dipertukarkan antar unit bisnis yang terlibat, yaitu unit bisnis pemasok dan penjual. Harga transfer tersebut adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk mendistribusikan pendapatan yang dihasilkan ketika produk terjual dari unit bisnisnya. Didalam harga transfer terdapat suatu kerugian dan keuntungan yang didapat ketika mendistribusikan suatu produk ke unit bisnis lain.
2.      Tujuan penetapan harga transfer tersebut adalah :
a.   Memberikan informasi relevan untuk menetapkan trade off optimum pendapatan dan biaya. Yang dimaksud adalah suatu keadilan dalam memberikan harga (tidak memihak) ketika barang dikeluarkan dari unit bisnis dan diperlakukan sebagai sarana memperoleh laba
b.      Mendorong terjadinya goal congruence. Suatu harga transfer yang ditetapkan diharapkan akan meningkatkan laba unit bisnis sekaligus laba perusahaan.
c.       Membantu pengukuran kinerja ekonomik setiap divisi
d.      Menghasilkan sistem yang sederhana dan mudah dilaksanakan
3.      Metode penetapan harga transfer adalah sebagai berikut :
a.       Mempunyai prinsip dasar. Prinsip yang digunakan harga transfer adalah harga pasar, yaitu berdasarkan permintaan dan penawaran. Maka dapat dikatakan, sebaiknya harga tranfer yang dikenakan serupa dengan produk yang dijual ke konsumen luar atau dari pemasok luar atau dapat juga dari divisi yang akan membeli produk tersebut. Namun, masalahnya adalah suatu harga adalah tidak sama dengan yang lain maka dapat memilih pemasok. Suatu produk akan dibuat diperusahaan jika memang harga dipasar dirasa mahal, sehingga jika membuat sendiri maka akan lebih murah karena adanya biaya penghematan. Biaya penghematan tersebut misalnya adalah pengemasan. Jika harus beli dipasar, maka terdapat biaya pengemasan barang, jika perusahaan yang buat sendiri barang tersbut maka tidak ada biaya pengemasan sehingga lebih murah.
b.      Situasi ideal yang diperlukan untuk menetapkan harga transfer adalah :
·      Individu yg kompeten. Para manajer harus memperhatikan kinerja jangka panjangnya sama seperti mempunyai tanggung jawab kinerja jangka pendek.  Dengan kata lain, kinerja jangka panjang serasa bekerja dalam mencapai kinerja jangka pendek. Maka dari itu, diperlukan negosiasi dan arbitrasi yang diperlukan sehingga memerlukan individu yang kompeten.
·  Suasana yang baik. Profitabilitas akan dianggap sebagai tujuan utama yang harus dipertimbangkan sehingga mempunyai pandangan bahwa harga transfer harus adil.
·   Harga pasar. Harga transfer yang baik adalah dengan menyamakan harga transfer dengan harga produk yang sama dipasaran.
·   Kebebasan memperoleh sumber. Para manajer mendapat kesempatan untuk memilih berbagai alternatif sumber daya yang diperlukan untuk memperoleh harga dengan lebih murah. Sumber tersebut bisa saja dari dalam atau luar perusahaan.
·  Informasi Lengkap. Informasi yang didapat harus lengkap karena untuk mengetahui berbagai alternatif yang akan dipilih, sehingga mempunyai informasi alternatif yang relevan terhadap biaya dan pendapatan.
·  Negosiasi. Melaksanakan kontrak/hubungan kerja untuk memutuskan harga transfer antar divisi yang harus diberlakukan.
c. Keterbatasan sumber. Sumber adalah terbatas ketika permintaan dipasar tidak banyak sehingga barang tidak selalu disediakan oleh pasar. Dalam keadaan tersebut, sifat barang adalah eksklusif karena belum tentu ada dipasar dan jika akan memiliki barang tersebut maka biasanya akan memesan terlebih dahulu. Artinya, jika barang tersebut diproduksi sendiri maka pasti ada, dan jika beli diluar belum tentu ada. Dengan kata lain, perusahaan harus bertransaksi barang (bahan baku) di dalam perusahaan sendiri. Sumber yang terbatas mengakibatkan perusahaan akan memproduksi sendiri barang yang akan dibutuhkan. Akan tetapi, hal tersebut menimbulkan masalah sehingga peranan manajemen dibutuhkan bagaimana cara mengatur barang tersebut :
·      Jika sumber terbatas maka keputusan yang harus diambil adalah divisi yang memproduksi barang yang sama dengan yang dibutuhkan (yang seharusnya dijual ke luar) harus dipaksa menjual di dalam perusahaan tersebut sehingga persediaan barang untuk produksi tetap ada. Terbatasnya sumber disebabkan oleh permintaan dipasar yang berlebih sedangkan penawarannya sedikit, sehingga barang akan lebih mudah untuk cepat habis.
·      Ada masanya jika barang berlimpah, maka keputusan yang harus diambil adalah divisi pembeli barang bahan baku harus membeli barang (yang digunakan untuk produksi) dari dalam perusahaan. Berlimpahnya barang diperusahaan tersebut dikarenakan permintaan di pasar yang sedikit sedangkan penawarannya lebih banyak, sehingga barang diperusahaan tidak mudah cepat habis / bisa saja tidak laku dipasaran karena banyaknya pesaing.
4.      Penentuan harga transfer berdasarkan biaya. Dalam menentukan harga transfer, harga transfer biasanya memakai harga paspear. Namun, karena keterbatasan sumber, perusahaan harus melakukan produksi dan transaksi di dalam perusahaan, sehingga harga transfer ditetapkan berdasarkan biaya standar atau harga kompetitif. Biaya standard digunakan karena jika menggunakan biaya sesungguhnya, harga transfer tidak efisien. Penyebabnya adalah divisi yang terakhir nanti akan memperoleh harga transfer yang paling tinggi sehingga barang menjadi mahal. Dan jika masih menggunakan harga pasar, hal yang sama akan terjadi, yaitu ketidakadilan harga.
a.       Berdasarkan laba (mark up). Ditentukan berdasarkan persentase dari laba, yaitu mark up dari dari biaya standard ditambah biaya standard yang terjadi. Misalnya, Divisi B menggunakan bahan baku yang berasal dari Divisi A, sehingga Divisi A harus mentransfer harga tersebut berdasarkan informasi sbb :
Keterangan
Divisi A
Divisi B
Biaya standard
Rp 100.000
Rp 115.000
Biaya sesungguhnya
Rp 110.000
Rp 110.000
Mark up
10%

Harga jual produk B adalah Rp 250.000
Cara menentukan harga tranfer :
A à B
B à konsumen
= B. Standard A + (10% x B. Standard A)
=HT Divisi A + B. Standard B
= 100.000 + (10% x 100.000)
=110.000 + 115.000
=110.000
=225.000
Maka, laba yang didapatkan dari harga transfer Divisi B sebesar 225.000 adalah
=Harga Jual – Harga Transfer Divisi B
=250.000 – 225.000 è 25.000
b.      Berdasarkan up stream fixed cost dan profit
·      Kesepakatan antar unit bisnis, adalah negosisasi penghematan yang mana harus dinikmati oleh semua divisi
·      Dua tahap penetapan harga. Merupakan harga berdasarkan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap ditetapkan secara berkala (biasanya akhir bulan) pada akhir periode yang berhubungan dengan fasilitas produksi dan pembelian serta akan digunakan pada tiap periode. Sedangkan biaya variabel ditetapkan dahulu, artinya ditetapkan berdasarkan tiap unit produk terjual akan dikenai biaya variabel standard.
·      Berbagi laba (profit sharing). Berbagi laba merupakan penentuan harga transfer menggunakan persentase laba tertentu untuk menentukan laba tiap divisi yang berhubungan dengan harga transfer produksi. Misalnya, dari contoh soal berdasarkan mark up, diketahui laba untuk Divisi A 40% dan laba untuk Divisi B 60%, maka :
Biaya standar A :
100.000

Laba Divisi A (35.000*40%) :
14.000
Biaya standar B :
115.000

Laba Divisi B (35.000*60%) :
21.000
Jumlah biaya
215.000

Maka harga transfer A à B =

Harga jual
250.000

                100.000 + 14.000 =
114.000
Laba didapat
35.000



·      Dua set harga. Pada metode ini, harga jual mempunyai 2 harga, yaitu divisi B akan dibebani biaya standard dari divisi A dan divisi penjual akan dibebani harga jual dari divisi B. Hal tersebut akan berlanjut terus menerus sampai produk ke tangan konsumen. Maka dari itu, pada 2 set harga tersebut mempunyai harga yang berantai. Metode ini digunakan ketika terdapat konflik antara unit pembelian dan unit penjualan yang konfliknya tidak kunjung terselesaikan. Sehingga dari metode ini baik unit penjualan atau pun unit pembelian akan memperoleh manfaat. Misalnya, dari contoh soal berdasarkan mark up, cara menentukannya adalah harga transfer dari Divisi A :
Harga    = B. standar B + laba
Biaya standar B
115.000
250.000 = X + 10% B. Standar B
Harga transfer dari Divisi A
B. standar B = (100/110) x 250.000
        227.272 – 115.000 =
112.272
                     = 227.272


*100 : B. Standar dari A


  110 : 100% + 10%


5.      Penetapan harga jasa organisasi. Terdapat 2 pilihan yang sesuai pada jenis jasa untuk digunakan :
a.       Jika unit bisnis harus menggunakan dan mengendalikan pemakaian. Maka penetapakan harga transfernya adalah :
·      Semuanya menggunakan biaya variabel dari jasa yang diberikan. Akan tetapi, dalam biaya variabel, misalnya pada mesin fotokopi, akan menjadi boros karena harga dibebani pada harga tinta, kertas, dll yang akan dibagi per lembar kertas. Maka sebaiknya digunakan seperlunya saja jika ingin harga murah.
·      Menggunakan biaya variabel + biaya tetap. Penggunaan biaya tersebut dapat juga disebut sebagai biaya penuh. Penggunaan metode ini digunakan untuk mencerminkan biaya keseluruhan jangka panjang perusahaan.
·      Menggunakan total biaya + laba (mark up). Digunakan pada tingkat yang maksimal karena menghubungkan persentase laba, artinya ada tingkat pengembalian atas investasi (modal). Biasanya menggunakan harga yang sama dengan harga pasar. Tetapi, jika tidak memungkinkan, gunakanlah biaya penuh (biaya variabel + biaya tetap) sebagai pengganti harga pasar ditambah dengan mark up laba dari biaya.
b.      Jika unit bisnis dapat menentukan penggunaan jasa tersebut, maka penetapan harga transfernya adalah total biaya + laba (mark up) dan berdasarkan pada pertimbangan yang sama dengan  pertimbangan yang mengendalikan harga transfer lain. Hal ini dikarenakan, adanya penggunaan pilihan jasa perusahaan yang berasal dari dalam atau luar perusahaan. Seringkali penggunaan pilihan jasa tersebut meliputi teknologi informasi, perawatan dan pemeliharaan, konsultasi, dll. Jika jasa-jasa dari dalam perusahaan tidak kompeten, maka akan menggunakan jasa dari luar perusahaan sehingga para manajer harus mampu mengendalikan jumlah dan efisiensi jasa dari luar tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, dibentuklah harga transfer berdasarkan total biaya + laba (mark up) untuk di berlakukan seperti pusat laba yg lain.
6.      Administrasi harga transfer. Digunakan untuk menyelesaikan konflik harga transfer yang harus ditetapkan.
a.       Negosiasi, yaitu menetapkan harga jual bersama-sama dan mencapai kesepakatan atas harga transfer yang paling sesuai. Dari kesepakatan tersebut, adanya penggunaan penghematan yang harus dinikmati semua divisi sehingga dapat menentukan alokasi laba.
b.      Arbitrasi, yaitu penyelesaian konflik atas harga transfer yang harus digunakan dengan memakai pihak ketiga, kadang kala dengan bantuan manajer staf kantor lain. Arbitrasi akan dilakukan jika negosiasi tidak menemukan solusi atas harga transfer.
c.       Klasifikasi produk, merupakan pembagian kelas produk berdasarkan perolehan sumber daya dan banyaknya transfer yang dilakukan serta ketersediaan harga pasar. Misalnya, dalam perusahaan mempunyai kelas produk sebagai berikut :
·      Kelas I. Meliputi seluruh produk dimana para manajer ingin mengendalikan seluruh sumber daya yang berasal dari dalam, bervolume besar, dan ingin mengendalikan atas produk tersebut, misalnya untuk alasan efisiensi dan kualitas produk.
·  Kelas II. Meliputi produk pendukung lainnya dimana para manajer ingin mengendalikan seluruh sumber daya yang berasal dari luar, bervolume kecil, dan diproduksi dengan peralatan umum. Pada Kelas II inilah harga pasar akan digunakan sehingga harga transfer menggunakan harga pasar.

Sistem Pengendalian Manajemen. Bab 5


RANGKUMAN
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
BAB 5
PUSAT LABA
1.      Pusat laba adalah pusat tanggung jawab yang mempunyai tanggung jawab atas laba yang dihasilkan dan diukur melalui pendapatan dan beban. Pusat laba diukur dengan menggunakan efektivitas dan efisiensi. Suatu pusat laba dapat berdiri secara independen. Jika terdapat suatu kegiatan produksi dan pemasaran dalam unit bisnis, maka diibaratkan perusahaan adalah independen dari unit bisnis lainnya. Proses tersebut dapat disebut dengan divisionalisasi, karena mereka telah melimpahkan wewenang yang lebih luas kepada tiap manajer operasi unit bisnis. Walaupun pelimpahan wewenang berbeda-beda dari suatu unit bisnis, namun wewenang untuk menghasilkan laba tidak pernah dilimpahkan hanya ke satu unit bisnis saja.
2.      Kondisi yang perlu diperhatikan dalam pendelegasian pusat laba adalah :
a.       Manajer harus memiliki akses informasi yang relevan yang dibutuhkan dalam membuat keputusan
b.      Mengukur efektivitas trade-off
Suatu keputusan manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban dengan harapan bahwa hal tersebut akan menghasilkan peningkatan pendapatan. Pertimbangan tersebut dapat disebut dengan pertimbangan biaya/pendapatan atau trade-off. Trade-off adalah suatu pertukaran bahwa dengan adanya beban maka akan menghasilkan pendapatan. Maka, untuk memberikan perintah tentang suatu trade-off tersebut ketingkat manajemen lebih bawah harus mempunyai suatu kondisi diatas supaya dapat tersampaikan dengan baik.
3.      Keunggulan pusat laba adalah :
a.       Peningkatan kualitas keputusan, karena manajer tahu akan lingkungan yang dihadapi
b.      Keputusan lebih cepat, karena tidak perlu persetujuan/koordinasi langsung dengan kantor pusat
c.       Pimpinan puncak terbebas dari kegiatan operasional harian, karena dalam pusat laba sudah ada yang mengendalikan sendiri sehingga dapat berkonsentrasi pada hal lainnya
d.      Manager dapat meningkatkan inisiatif dan imaginasinya, karena manajer tunduk pada sedikit batasan/aturan yang mengikatnya
e.       Sarana pelatihan manager, karena pusat laba serupa dengan perusahaan independen maka manajer akan mendapat pengalaman dalam mengelola seluruh fungsional perusahaan dan manajemen yang lebih tinggi akan mendapat kesempatam untuk mengevaluasi potensi pekerjaan ke tingkat yang lebih tinggi.
f.        Lebih memperhatikan tujuan laba, karena manajer bertanggungjawab atas laba maka akan selalu mencari cara bagaimana dapat meningkatkan laba
g.      Informasi kinerja dari setiap pusat laba, akan diberikan berupa informasi siap pakai bagi manajemen puncak mengenai profitabilitas dan komponen lain perusahaan
h.      Peningkatan kemampuan bersaing, akan didapat jika output yang dihasilkan siap pakai maka pusat laba sangat responsif supaya dapat meningkatkan kinerja secara kompetitif.
4.      Permasalahan yang dihadapi adalah :
a.       Kesulitan pengendalian, karena manajemen puncak lebih mengandalkan laporan pengendalian dari bawahan bukannya wawasan secara langsung terhadap suatu operasi
b.      Kualitas keputusan mungkin tidak selalu meningkat, karena suatu informasi yang lebih baik hanya ada di manajemen kantor pusat maka suatu keputusan pun hanya berasal dari manajer kantor pusat, bukan berasal dari unit bisnis itu sendiri
c.       Friksi/perselisihan antar pusat laba, terjadi karena adanya, misalnya kesepakatan untuk menetapkan harga transfer, alokasi biaya umum, kredit untuk meningkatkan penjualan, dll
d.      Persaingan antar pusat laba, terjadi jika peningkatan laba hanya untuk satu manajer saja sehingga ada kemungkinan untuk tidak saling bekerja sama hanya untuk meningkatkan laba unit bisnisnya
e.       Peningkatan biaya, karena adanya divisionalisasi yang mengakibatkan biaya tambahan sehingga informasi harus didesentralisasikan ke banyak orang, misalnya tambahan manajemen, pegawai, pembukuan, dll
f.        Lebih menekankan kinerja jangka pendek, karena ingin melaporkan laba yang tinggi maka harus mengesampingkan kinerja jangka panjangnya (dalam hal ini misalnya pelatihan pegawai, penelitian dan pengembangan) padahal dalam kinerja jangka panjang akan lebih bermanfaat karena dapat meningkatkan laba secara berkesinambungan.
g.      Optimalisasi laba setiap pusat laba belum tentu mengoptimalkan laba organisasi keseluruhan, karena tidak adanya sistem yang paling memuaskan untuk memastikan optimalisasi laba secara umum.
5.      Kendala pembentukan pusat laba.
Dalam suatu kendala, sebenarnya dalam pusat laba tersebut mempunyai sistem yang bagus, namun ada keterbatasan sehingga pusat laba tidak berjalan secara optimal.
a.    Kendala dari manajemen puncak. Sebenarnya pusat laba adalah baik karena tidak adanya keputusan manajemen puncak, namun karena adanya suatu kendala, suatu pusat laba mengharuskan untuk mendapat campur tangan dari manajemen puncak. Campur tangan tersebut dapat berupa :
·    Batasan yang timbul atas pertimbangan strategi dari unit bisnis dalam menetapkan laba
· Batasan yang timbul karena adanya keseragaman yang diperlukan, misalnya keseragaman atas biaya produksi, penggajian, dll
·       Batasan yang timbul dari nilai ekonomis sentralisasi
b.    Kendala dari unit bisnis lain. Terdapat suatu unit bisnis lain yang bekerja sama dengan unit bisnis yang kita tempati. Misalnya, Divisi A membutuhkan bahan baku dengan bahan baku tersebut diproduksi oleh Divisi B. Hal tersebut tentunya membutuhkan campur tangan manajemen puncak misalnya untuk menetapkan harga transfer yang sesuai dan adil.
c.    Kendala otoritas. Kendala otoritas terjadi jika manajemen puncak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan keputusan, masih terdapat campur tangan pimpinan puncak dengan mengandalkan suatu sinerginya. Menggunakan kewenangannya untuk menjalankan sesuatu.
6.      Pusat laba lainnya. Dalam pusat laba lainnya biasanya adalah organisasi fungsional yang diperlakukan sebagai pusat laba. Hal tersebut dikarenakan lebih mudah dan berdasarkan pengaruh, fungsional mempunyai pengaruh yang lebih besar. Pusat laba tersebut yaitu :
a.       Pemasaran. Dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari produk yang terjual, yaitu melalui harga transfer. Ditentukan berdasarkan harga transfer karena mempunyai informasi yang relevan untuk menajer pemasaran dalam membuat trade-off pendapatan dan pengenluaran yang optimal. Namun, harga transfer yang dibebankan harus berdasarkan biaya standar/dianggarkan karena dengan biaya standar dapat memisahkan kinerja antara biaya pemasaran dan biaya produksi.
b.      Produksi. Biasanya sebagai pusat beban, karena manajemen menilai berdasarkan kinerja dibandingkan dengan biaya standard dan anggaran biaya overhead. Namun, terdapat pengukuran aktivitas produksi yang secara menyeluruh, yaitu dengan cara menjadikan produksi sebagai pusat laba dan dinilai berdasarkan harga jual produk yang terjadi dikurangi dengan estimasi biaya pemasaran.
c.       Unit jasa dan pendukung. Digunakan sebagai alat untuk mendukung dan memberikan jasa dalam kegiatan mencapai laba. Unit yang dapat menjadi pusat laba, mislanya unit pemeliharaan, teknologi informasi, transportasi, teknik, layanan konsumen, dll. Unit bisnis tersebut membebankan biaya jasa, untuk menghasilkan bisnis yang mencukupi sehingga paling tidak penghasilan setara dengan pengeluaran. Ketika unit jasa dikelola, manajer termotivasi untuk mengendalikan biaya supaya konsumen tidak pergi. Hal tersebut dikarenakan para manajer dapat memberikan keputusan tentang jasa yang diberikan sesuai dengan harga yang disepakati.
d.      Organisasi lainnya (cabang). Meliputi organisasi cabang (dealer) disuatu area geografis tertentu dimana manajer tidak mempunyai tanggung jawab atas produksi sehingga cabang hanya mempunyai tanggung jawab menerima barang jadi untuk dijual. Ukuran kinerja yang digunakan adalah tingkat profitabilitas.
7.      Pengukuran kinerja. Terdapat 2 pengukuran kinerja, yaitu :
a. Management performance, yaitu suatu pengukuran yang menekankan pada keberhasilan/kinerja pimpinan untuk mencapai tujuan.
b.      Economic performance, yaitu suatu pengukuran yang menekankan pada kegiatan bisnis apa yang dikerjakan dalam unit bisnis.
8.      Dari 2 jenis pengukuran tersebut, maka terdapat konsep-konsep dalam pengukuran laba, yaitu :
a.       Laba kontribusi. Laba kontribusi mengukur selisih antara pendapatan dan biaya variabel. Alasan utama laba kontribusi dapat digunakan sebagai pengukur pusat laba karena menghindari biaya tetap. Dalam biaya tetap, terdapat unsur kebijakan biaya diluar kendali, sehingga unit bisnis tidak bisa menentukan sendiri seberapa besar biaya yang digunakan. Terdapat pengertian antara biaya terkendali dan diluar kendali. Biaya terkendali adalah biaya yang kebijakannya ditentukan dari pusat dan biaya tersebut dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba. Misalnya, biaya penyimpanan barang (gudang), biaya transportasi, dll. Sedangkan biaya tidak terkendali adalah biaya yang ditentukan oleh pusat dan manajer pusat laba hanya mengikuti saja.
b.      Laba langsung divisi. Diukur berdasarkan laba kontribusi dikurangi dengan biaya tetap pusat laba (divisi). Dalam ukuran tersebut, jika terdapat campur tangan dari pusat (pusat menentukan biaya tetap pusat laba) maka tidak bisa digunakan sebagai pengukuran kinerja.
c.       Laba terkendali. Diukur berdasarkan laba langsung divisi dikurangi dengan biaya terkendali dari pusat (misalnya biaya layanan teknologi) sehingga laba dapat dikendalikan oleh manajer divisi. Karena laba tersebut dapat dikendalikan oleh suatu kendali manajemen, maka bisa dimasukkan sebagai pengukuran management performance.
d.      Laba sebelum pajak. Pengukuran menggunakan laba langsung divisi dikurangi jumlah biaya dari pusat. Suatu pengukuran menggunakan jumlah biaya dari pusat sehingga dapat digunakan sebagai pengukur kinerja perusahaan. Perusahaan yang menggunakan pengukur laba sebelum pajak adalah perusahaan dengan strategi diversifikasi saling berkaitan yang juga termasuk pengukuran economic performance. Laba sebelum pajak dipilih untuk diversifikasi berkaitan karena perusahaan tersebut sejenis sehingga dengan mudah dapat mengetahui tingkat kinerja perusahaan terebut. Maka akan lain halnya dengan perusahaan yang tidak sejenis.
e.       Laba setelah pajak / laba bersih. Diperoleh dengan laba sebelum pajak dikurangi dengan pajak. Laba bersih ini termasuk dalam pengukuran economuc performance yaitu untuk mengukur laba pada perusahaan dengan strategi diversifikasi tidak saling berkaitan. Alasannya adalah pada perusahaan dengan strategi tersebut mempunyai anak perusahaan / unit bisnis yang berbeda-beda sehingga biaya dan tujuan dalam produksi dan pendapatan pun juga berbeda. Maka dari itu,  secara mudahnya dalam mengukur tingkat kinerja, digunakanlah laba bersih.

Populer